Banjir Besar Terjang Vietnam melanda wilayah bagian tengah negara tersebut sejak akhir Oktober 2025. Hujan ekstrem tanpa henti selama beberapa hari memicu luapan sungai-sungai besar, termasuk Sungai Thu Bon dan Sungai Perfume, yang kemudian merendam kota-kota bersejarah seperti Hoi An dan Hue.
Sedikitnya 10 orang dilaporkan meninggal dunia, ratusan ribu warga mengungsi, dan infrastruktur utama lumpuh total. Menurut otoritas setempat, ketinggian air sungai kini mencapai titik tertinggi dalam 60 tahun terakhir — memecahkan rekor banjir besar tahun 1964.
Baca Juga : Microsoft Rilis Patch Darurat Windows Akibat Serangan Siber
Kronologi Terjadinya Banjir
Hujan mulai turun deras sejak 25 Oktober 2025 akibat pertemuan massa udara dingin dari utara dan sistem tekanan rendah tropis dari Laut China Selatan. Dalam kurun 24 jam,Banjir Besar Terjang Vietnam Di beberapa wilayah seperti Hue, Quang Nam, dan Da Nang mencatat curah hujan ekstrem hingga 1.085 mm, menjadikannya salah satu hujan terlebat sepanjang sejarah Vietnam modern.
- Hari pertama (25–26 Oktober): Curah hujan ekstrem mulai menyebabkan sungai-sungai kecil meluap.
- Hari kedua (27 Oktober): Air Sungai Thu Bon di Hoi An naik hingga 5,62 meter, melampaui rekor sebelumnya pada 1964.
- Hari ketiga (28–29 Oktober): Air mulai memasuki kawasan pemukiman dan area wisata. Listrik padam, jaringan komunikasi terputus di beberapa daerah.
- Hari keempat (30 Oktober): Pemerintah menetapkan status darurat bencana untuk lima provinsi utama: Thua Thien-Hue, Quang Nam, Quang Ngai, Da Nang, dan Quang Tri.
Daerah Paling Terdampak
1. Kota Hoi An
Kota tua Hoi An yang dikenal sebagai Warisan Dunia UNESCO berubah menjadi “kota di atas air”. Jalan-jalan di sekitar sungai Hoai berubah menjadi kanal, warga dan wisatawan menggunakan perahu kecil untuk evakuasi. Banyak rumah berarsitektur kuno rusak karena dinding kayu tak kuat menahan air selama berhari-hari.
2. Kota Hue
Kota Hue, yang juga merupakan pusat sejarah kekaisaran Vietnam, mengalami curah hujan lebih dari 1.000 mm hanya dalam satu hari. Air merendam benteng kuno, pasar, dan kawasan bisnis utama. Pemerintah kota menutup sementara destinasi wisata untuk alasan keselamatan.
3. Provinsi Quang Nam dan Quang Ngai
Daerah pedesaan dan pegunungan di dua provinsi ini mengalami longsor akibat tanah yang tidak mampu menyerap air lagi. Beberapa desa terisolasi karena jalan dan jembatan terputus. Ribuan hektar sawah dan perkebunan terendam, mengancam ketahanan pangan lokal.
Korban dan Dampak Sosial
Data dari Komite Nasional Penanggulangan Bencana Vietnam (VNDRC) mencatat:
- 10 orang meninggal dunia dan beberapa lainnya masih hilang.
- Lebih dari 128.000 rumah tergenang dengan kedalaman air mencapai 2–3 meter di beberapa titik.
- Sekitar 200.000 warga harus dievakuasi sementara ke tempat yang lebih tinggi.
- Ratusan sekolah dan fasilitas kesehatan terendam, sehingga kegiatan belajar dan pelayanan publik terhenti.
- Sektor pertanian mengalami kerugian besar: ribuan ternak mati dan puluhan ribu hektar lahan gagal panen.
Rekor Ketinggian Sungai
Salah satu sorotan utama dari bencana kali ini adalah kenaikan luar biasa permukaan air Sungai Thu Bon di Hoi An. Menurut laporan Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vietnam, ketinggian air mencapai 5,62 meter, melebihi rekor tertinggi yang tercatat tahun 1964.
Ketinggian air ini disebut-sebut sebagai yang tertinggi dalam 60 tahun terakhir, dan para ahli menilai fenomena ini tak hanya akibat cuaca ekstrem, tetapi juga karena meningkatnya sedimentasi serta pembangunan di daerah aliran sungai yang mempersempit kapasitas alir air.
Penyebab Utama Banjir Besar
- Curah Hujan Ekstrem
Sistem tekanan rendah tropis membawa kelembapan tinggi dari laut menuju daratan, memicu hujan berkepanjangan. - Perubahan Iklim Global
Pemanasan suhu laut menyebabkan badai dan hujan lebih intens di Asia Tenggara. Vietnam menjadi salah satu negara paling rentan terhadap kenaikan suhu global. - Degradasi Lingkungan dan Urbanisasi Cepat
Penebangan hutan di wilayah hulu dan pembangunan infrastruktur di bantaran sungai memperburuk kapasitas penyerapan air alami. - Kurangnya Infrastruktur Pengendali Banjir
Banyak tanggul dan sistem drainase yang sudah tua atau belum mampu menampung debit air sebesar tahun ini.
Respon Pemerintah Vietnam
Pemerintah pusat Vietnam bergerak cepat dengan mengirim lebih dari 10.000 personel militer dan polisi ke wilayah terdampak. Tim penyelamat dikerahkan untuk mengevakuasi warga dan menyalurkan bantuan logistik seperti makanan, obat-obatan, dan air bersih.
Kementerian Transportasi juga menutup beberapa ruas jalan utama dan jalur kereta untuk menghindari kecelakaan. Sementara itu, Perdana Menteri Pham Minh Chinh mengunjungi lokasi bencana dan memerintahkan percepatan distribusi bantuan serta perbaikan darurat infrastruktur vital seperti jembatan dan bendungan.
Organisasi kemanusiaan internasional seperti Palang Merah Vietnam dan UNDP juga turut memberikan bantuan berupa tenda, selimut, dan paket kebersihan bagi korban yang mengungsi.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Sektor wisata Vietnam, yang baru saja pulih dari dampak pandemi, kembali terpukul. Kota wisata Hoi An dan Hue yang menjadi daya tarik utama wisatawan internasional kini lumpuh total. Puluhan hotel terendam, dan ratusan wisatawan dievakuasi ke daerah aman.
Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai lebih dari 250 juta dolar AS, belum termasuk kerusakan lahan pertanian dan transportasi.
Di sisi lain, harga bahan makanan dan bahan bakar di wilayah tengah melonjak akibat terganggunya distribusi logistik.
Peran Perubahan Iklim
Badan Meteorologi Vietnam menilai bahwa intensitas curah hujan kali ini merupakan manifestasi nyata dari dampak perubahan iklim global. Suhu permukaan laut yang lebih tinggi memicu peningkatan kelembapan atmosfer, yang pada akhirnya menghasilkan hujan dengan intensitas sangat besar dalam waktu singkat.
Pakar iklim dari Hanoi University, Nguyen Thi Lan, menjelaskan bahwa frekuensi badai dan hujan ekstrem di Vietnam meningkat sekitar 15% selama dua dekade terakhir:
“Kita sedang menyaksikan pola cuaca baru yang tidak lagi bisa dianggap anomali. Ini adalah konsekuensi langsung dari perubahan iklim.”
Langkah Pemulihan dan Mitigasi
Pasca banjir, pemerintah berfokus pada:
- Membersihkan puing dan lumpur di daerah perkotaan utama.
- Memperkuat sistem peringatan dini dengan radar cuaca dan sensor sungai di wilayah rawan.
- Membangun tanggul dan kanal tambahan di sekitar Hoi An dan Hue untuk mengantisipasi musim hujan tahun depan.
- Memberikan bantuan keuangan bagi keluarga korban dan petani terdampak.
- Menggalakkan program reforestasi untuk memulihkan daerah resapan air di pegunungan tengah.
Kesimpulan
Banjir Besar Terjang Vietnam kali ini menjadi peringatan serius tentang meningkatnya ancaman cuaca ekstrem di Asia Tenggara.
Dengan 10 korban jiwa, ribuan rumah rusak, dan rekor ketinggian sungai yang memecahkan catatan enam dekade, bencana ini menuntut perhatian lebih pada pengelolaan lingkungan dan kesiapsiagaan bencana.
Ke depan, kombinasi antara adaptasi iklim, perbaikan infrastruktur, dan tata ruang berbasis risiko menjadi kunci agar tragedi serupa tidak terulang dengan dampak yang lebih parah.